Minggu, 11 Desember 2011

PENGKAJIAN PADA SISTEM SARAF


BAB 1
PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN


  1. ANFIS SISTEM PERSYARAFAN

Secara garis besar system syaraf mempunyai 4 fungsi:
  1. menerima informasi ( rangsangan) dari dakam maupun dari luar tubuh meliputi syaraf sensori ( Afferent sensori pathway)
  2. Mengkomunikasikan informasi antara system saraf perifer dan system saraf pusat.
  3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medulla spinalis maupan ditolak untuk selanjutnya menentukana jawaban ( respon)
  4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Afferent motorik pathway) ke organ-organ tubuh sebagai control atau modifikasi dari tindakan.

  1. Sel Syaraf  ( Neuron )
Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan implus listrik mempunyai sifat exitability,Artinya siap memberi respon apabila terstimulasi. Satu sel syaraf mempunyai badan sel ( dendrite).Satu atau dua ekspansi yang sngat panjang disebut akson. Serat saraf adalah akson dari satu neuron.
Dendrit dan badan sel berfungsi sebagai pencetus inplus,sedangkan akson berfungsi sebagai pambawa impuls. Tenpat dimana terjadi kontak antara satu neuron lainnya disebut sinaps,berlangsung dengan perantara zat kimia.

  1. Sistim Saraf Pusat ( Central Nervus System )
Terdiri atas otak dan medulla spinalis,dibungkus oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi CNS. Meningen terdiri atas 3 lapisan yaitu Duramenter, arachnoid dan piameter. Diantara lapisan-lapisan ini terdapat rongga-rongga,yaitu:
1. Rongga Epidural ( Epidural Space)
Berada diantara tulang tengkorak dan durameter berisi pembuluh darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan.
2.Rongga Subdural ( Subdural Space)
Berada diantara durameter dan arachnoid yang berisi cairan serosa.
3.Rongga sub aracnoid ( Sub aracnoid space)
Terdapat diantara aracnoid dan piameter,berisi cairan cerebro spinalis.

Secara fisiologis SSP berfungsi untuk interpretasi, Integrasi, koordinasi dan sensasi berbagai implus syaraf.

OTAK

Otak terdiri dari :
A. Serebrum ( Otak besar)
Terdiri dari dua belahan yang disebut Hemispherium serebri dan keduanya dipisahkan oleh fisural longitudinalis serebri menjadi hemisper kanan dan kiri, hemisper kanan dan kiri di hubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-lobus yaitu:
1.      Lobus prontalis     : Menterjemahkan implus sensoris, sensasi yang diterima adalah nyeri, temperature.
2.      Lobus parientalis   : Merasakan dan mengartikan obyek yang menghubungkan sensasi dengan pengalaman dan pengetahuan.
3.      Lobus Temporal    : Menerima input dari tiga indra perasa yaitu pendengaran, pengecap dan penciuman dan mempunyai peran dlam proses memori.
4.      Lobus Oksipital     : Mengandung daerah visceral primer dan daerah gabungan visual. Daerah viseral primer menerime informasi dan menafsirkan warna.Daerah gabungan visual memberi input visusl ysng berperan dalam reflek visual untuk menentukan mata pada sebuah objek diam dan bergerak.

Secara garis besar struktur serebrum terbagi menjadi Kortek Cerebri dan struktur subkortikal, Struktur subkortekal terdiri dari :
  1. Basal Ganglia
Melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinir gerakan dasar,gerakan halus atau tranpil dan sikap tubuh.
  1. Talamus
Bagian  dasar yang terlibat dalam respon emosional,terjemahan sensasi-sensasi yang menyenangakan dan tidak menyenangkan.
  1. Hipotalamus
Pusat tertinggi integrasi dan koordinasi system saraf otonom dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting ( makanan,minuman,seks,dan motifasi)
  1. Hipofise
Bersama dengan hipotalamus mengatur kegiatan sebagian basar kelenjar endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.

B. Batang Otak ( Brainstem)
Dari batang otak keluar 12 pasang saraf cranial yaitu:
  1. N.Olfaktorius              : Sebagai saraf sensasi penghidup
2.                                                                              N.Oktikus       : Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus.
3.                                                                              N.Oculomotorius        : Sebagai saraf mengangkat bola mata ( sebagai pembuka kelopak mata)
  1. N.Troklear                   : Bertanggung jawab umtuk gerakan sadar bola mata.
  2. N.Trigeminus              : Bertanggung jawab untuk mengunyah
  3. N.Abdusen                  :  Untuk memutar mata ke  arah  luar.
7.                                                                              N.Fasial           : Berperan dalam kelenjar lakrimalis,Submandibularis dan juga memberi informasi untuk rasa manis,asam dan asin 2/3 lidah bagian anterior.
8.                                                                              N.Festibulkokhlearis   : Saraf cranial ini mempunyai  2 bagian sensoris yaitu auditiori dan festibular yang berperan dalam penterjemah an suara.
9.                                                                              N.Glossopharyngeus   : Berperan dalam menelan dan respon sensoris terhadap rasa pahit pada 1/3 lidah bagian posterior.
10.                                                                          N.Vagus          : - Komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharyng dan otot - otot ynag menggerakan pita suara.
- Komponen sensori yang mengurus perasaan di bawah pharyng.
- Komponen saraf parasinpatis yang mempersarafi  sebagian alat-alat dalam tubuh.
11.                                                                          N.Accesories   : Bekerjasama dengan syaraf vagus untuk memberi informasi kepada otot laring dan pharyng.
  1. N.Hipoglosal               : Bertanggung jawab untuk pergerakan lidah.

  1. Pembuluh Darah Otak
Jaringan otak mendapat suplay darah dari dua arteri besar yaitu:
1. Arteri Carotis Interna Kanan dan Kiri
Arteri carotis interna merupakan cabang arteri carotis comunis. A.carotis comunis kiri berasal dari arteri arkus aorta, sedangkan arteri carotis comunis kanan berasal dri arteri innoninata. Arteri carotis interna setelah masuk kedalam rongga tengkorak akan masuk sinus cavernosus untuk kemudian terus menembus durameter. Di sebelah lateral chiasma optikum, arteri ini akan bercabang menjadi :
a. A. Comunican Posterior
arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri cerebri posterior.
b. A.Choroda Anterior.
c. A.Cerebri Anterior.
Daerah yang diperdarahi arteri ini adalah:
v  Facies medialis lobus frontalis cortek cerebri
v  Facies nedialis lobus parientalis
v  Facies convexa lobus frontalis cortek cerebri
v  Facies  convexa lobus parientalis cortek cerebri
d. A.Cerebri Media
Berjalan ke lateral melalui fassaylfii dan kemudian bercabang-cabang untuk selanjutnya menuju daerah inslli reili. Daerah ynag diberikan suplai darah arteri ini adakah facien convexa lobus frontalis cortex cerebri mulai dari fisura lateralis sanpai setinggi kira-kira sulkus frontalis superior.

2. Arteri Vertebralis Kanan dan Kiri
Arteri vertebralis di percabangkan oleh A.subclavia. Arteri ini berjalan ke cranial melalui foramen tranfersal vetebra serfikalis ke-6 sampai pertama kemudian membelok ke lateral masuk kedalam foramen tranvesus magnum menuju cavum cranili, arteri ini kemudian berjalan fentral dari medulla oblongata dorsal dari olivus caudal dari caudal pons varoli A.Vertebralis kanan dam kiri akan bersatu menjadi arteri barsiralis yang kemudian berjalan ke frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu Arteri Cerebri posterior kanan dan kiri.
Medula spinalis mendapat suplai darah dari :
  1. A.Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri fertebralis
  2. A.Spinalis posterior juga merupakan percabangan  A.Vertebralis.

Vena di dalam otak tidak berjalan bersama arteri, vena jaringan otak bermuara dijalan vena yang ter dapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman pleksus verosus yang terdapat didalam spatum suharachnoid. Darah vena di alirkan ke dalam system. sinus venosua yang terdapat didalam durameter diantara lapisan periostem dan selaput otak.


Medula Spinalis
Medula spinalis mempunyai fungsi sebagai berikut :
  1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau di kornu fentralis.
  2. Mengurus kegiatan reflek  spinalis  dan reflek  lutut.
  3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan  sendi menuju serebellum.
  4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.

D. Cairan Otak ( Cerebro Spinalis Fluid )
            Di dalam jaringan otak terdapat 4 buah rongga yang saling berhubungan yang disebut ventrikukus yang berisi cairan otak.
  1. Ventrikulus lateralis I,mengikuti hemisfer cerebri
  2. Ventrikulus lateralis II
  3. Ventrikulus tertius III ditengah-tengah otak.
  4. Ventrikulus quadratus IV,antara pons varelli dan medulla oblongata.

Ventrikulus lateralis berhubungan dengan  ventrikulus tertius melalui foramen aquaductus sylvii yang terdapat didalam mensosepalon. Pada  atap ventrikulus quadratus bagian   tengah kanan dan kini terdapat lobang yang di sebut foramen luscka  dan bagian tengah terdapat lubang yang di sebut foramen megendle.





  1. TRAUMA KEPALA

A. TRAUMA KEPALA
            Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun dalam tempat benturan beberapa mili detik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti asilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak/kulit seperti kontusio/memar otak,edema otak,perdrahan /laserasi,dengan derajat yang berfariasi tergantung  pada  luas daerah trauma.

Tipe Trauma Kepala :
1. Trauma Kepala Terbuka
Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi durameter. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak, misalnya akibat benda tajam atau tembakan.
Fraktur linear didaerah temporal, dimana arteri meningeal media berada dalam jalur tulang temporal, sering menyebabkan perdarahan epidural. Fraktur linear yang melintang garis tengahsering menyebabkan perdarahan sinus dan robeknya sinus sagitalis superior.
Fraktur didaerah basis disebabkan karena trauma dari atas kepala bagian atas yang membentuk jalan atau benda diam, fraktur difosa arterior, sering terjadi keluarnya likuor melalui hidung (rhinorhoe) dan adanya brill hematoma (raccon eye)
Fraktur pada Os petrosus berbentuk longitudinal dan transversal atau lebih panjang. Fraktur longitudinal dibagi menjadi anterior dan posterior. Fraktur anterior biasanya karena trauma didaerah temporal sedang posterior disebabkan trauma didaerah oksipital.
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2 – 3 hari akan nampak battle sign (warna biru dibelakng telinga diatas os mastoid) dan otorrhoe (likuor keluar dari telinga) perdarahan dari telinga dengan trauma kepala hamper selalu disebabkan oleh retak dasar tulang dasar tengkorak. Pada dasarnya fraktur tulang tengkorak itu sendiri tidaklah menimbulkan hal yang emergenci, namun yang serin g menimbulkan masalah adalah fragmen tulang itu menyebabkan robekan pada durameter, pembuluh darah atau jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pusat vital, saraf cranial dan saluran saraf (nerve pathway)
Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi oleh foto roentgen, karena terjadi samgat dasar. Tanda-tanda klinik yan g dapat membantu mendiagnosa adalah:
v  Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)
v  Hemotimpanum ()perdarahan didaerah gendang telinga)
v  Periorbital ecchymosis (mata berwana hitam tanpa trauma langsung)
v  Rhinorrhoe (liquor keluar dari hidung)
v  Otorrhoe (liquor keluar dari telinga)

Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi, meningitis dan perdarahan atau serosanguinis.

2. Trauma Kepala Tertutup
a. Komusio Serebri atau Geger Otak
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi pingsan (kuramg dari 10 menit). Gejala-gejala lain mungkin termasuk pusing, noda-noda dimata linglung. Komusio serebri tidak meninggalkan gejala sisa atau tidak menyebabkan kerusakan struktur otak.
b. Kontusio serebri atau memar otak
            Merupakan perdarahan kecil atau ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang menimbulkan edema jaringan otak didaerah sekitarnya. Bila daerah mengalami edema cukup luas akan terjadi peningkatan TIK. Tekanan tinggi intrakranialdapat menimbulkan herniasi serebri yang menyebabkan penekanan otak. Bila edema mengemai batang otak akan menyebabkan fatal.
            Berdasarkan atas lokasi benturan lesi dibedakan atas koup kontusio dimana lesi terjadiu pada sisi benturan dan tempat benturan. Pada kepala yang relatif diam biasanya terjadi lesi koup,sedangkan bila kepala dalam keadaan bebas bergerak akan terjadi kontra koup.

B. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Perdarahan vaskuler yang utama dari trauma meliputi perdarahan epidural, subdural dan intraserebral.
Perdarahan epidural adalah perdarahan yang terjadi antaara tabula interna dan durameter,lokasi tersering didaerah temporal,kemudian frontal.sumber perdarahan adalah pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus akibat fraktur kranii, walaupun ini tidak mutlak sebagai penyebab.
Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang makin menurun,disertai oleh anisokoria pada mata kesisi dan mungkin terjadi hemiparase kontralateral.sedangkan perdarahan epidural didaerah frontal dan pariental atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran ( biasanya somnolen) yang tidak membaik setelah beberapa hari.
Baamyak perdarahan epidural terjadi karena proses desak ruang akut. Bila cukup besar akan menimbulkan herniasi, misalnya pada perdarahan epidural,temporal,yanga dapat menyebabkan  herniasi unkus.

Perdarahan Subdural
Merupakan perdahan antara durameter dan araknoid,yang biasanya meliputi perdarahan vena. Perdarahan subdural dibedakan atas akut,sub akut, kronis.
Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cidera otak besar dan cidera batang otak. Tanda-tanda dan gejala klinis : Sakit kepala,perasaan kantuk dan kebingungan,respon yang lambat,dan gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.
Perdarahan subdural sub akut,biasanya berkembang 7-10 hari,setelah cidera dan dihubungkan dengan contusion cerebri yang agak berat. Tekanan cerebral yang terus menerus menyebabkan tingkat kesadaran yang dalam.
Perdarahan subdural kronik,terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk disekitar membrane faskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu/bulan.Keadaan ini pada proses ynag lama akan terjadi penuruna reaksi pupil dan motorik.

Perdarahan Intra Cerebral
Merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Perdarahan mungkin menyertai contra coup phenomenon. Kebanyakan dihubungkan dengan contusion dan terjadi dalam area frontal dan temporal. Akibat adanya substansi darah dalam jaringan otak akan menimbulkan edema otak. Gejala neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan.



                                                                                                                                                      1.            FOKUS PENGKAJIAN
1.      Riwayat Keperawatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan pada anamnesis riwayat neurologis:
1.       Trauma yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi sistem saraf (jatuh, kecelakaan lalulintas)
2.      Infeksi yang baru terjadi termasuk sinusitis, infeksi telinga dan sakit gigi.
3.      Sakit kepala dan masalah-masalah gangguan daya konsentrasi dan ingatan yang baru terjadi.
4.      Perasaan pusing, kehilangan keseimbangan, melayang, melamun, tinitus dan masalah pendengaran.
5.      Kecanggungan atau kelemahan ekstremitas, kesulitan berjalan.
6.      Penyimpangan sensoris (kesemutan, baal, hipersensitivitas, nyeri) atau kehilangan sensori pada wajah, badan dan ekstremitas.
7.      Impotensi dan kesulitan berkemih.
8.     Kesulitan dalam kegiatan sehari-hari.
9.      Efek masalah pada pola hidup, kinerja pekerjaan dan interaksi sosial.
10.  Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat tertentu.

2.      Pengkajian Fisik
Hal-hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik neurologis adalah:
1.      Pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS)
Tingkat kesadaran dapat digambarkan secara kualitatif seperti sadar, letargi, stupor, semikoma dan koma atau secara kuatitatif dengan menggunakan Glasgow Coma Scale.
2.      Gerakan, kekuatan dan koordinasi otot ekstremitas.
Kelemahan otot merupakan tanda penting pada beberapa gangguan neurologis. Beberapa tes khusus digunakan untuk mendeteksi kelainan yang lebih spesifik seperti tes Romberg untuk memeriksa koordinasi keseimbangan tubuh tes koordinasi jari hidung untuk memeriksa kemampuan koordinasi ekstremitas atas.
3.      Status mental
Pemeriksaan status mental meliputi perhatian, daya ingat, afek, bahasa, pikiran dan persepsi (person, time and space)..
4.      Refleks
Refleks terjadi jika stimulasi sensori menimbulkan respon motorik. Refleks yang diperiksa meliputi refleks regangan otot (refleks tendon), refleks kutaneus (superfisial) dan adanya refleks abnormal seperti refleks Babinski.
5.      Gerakan involunter
Gerakan involunter adalah gerakan bagian tubuh yang tidak dapat dikendalikan seperti tremor, fasikulasi, klonus, mioklonus, hemibalismus, chorea dan atetosis.
6.      Perubahan pupil
Pupil dapat dinilai ukuran dan bentuknya serta respon terhadap cahaya.
7.      Tanda vital
Tanda klasik peningkatan TIK meliputi kenaikan tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang membesar, nadi lemah atau lambat dan pernapasan tidak teratur.
8.      Saraf kranial
Tes fungsi saraf kranial diperiksa satu persatu untuk melihat adanya kelainan yang spesifik.

3.      Test Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
Tujuan

- CT Scan




- MRI (Magnetic Resonance Imaging)






- PET (Positron Emission Tomografi)




- Angiografi Serebral










-Mielografi





- EEG (Elektroensefalografi)



- Pungsi Lumbal



CT Scan memberikan gambaran rinci dari struktur tulang, jaringan dan cairan tubuh. Dapat menunjukkan perubahan struktur karena tumor, hematom atau hidrosefalus.

Sacn dengan MRI membuat gambaran grafis dari struktur tulang, cairan dan jaringan lunak. Dapat memberikan hasil yang lebih jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu diagnosis tumor yang kecil atau sindrom infark dini.

Test dignostik untuk mengukur proses fisiologis dan biokimia dalam sistem saraf. Daerah tertentu dapat teridentifikasi sebagai berfungsi atau tidak.

Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan kontras berupa zat warna radio-opak yang disuntikkan dengan kateter ke dalam sirkulasi arteri serebral. Hasilnya memperlihatkan patensi pembuluh darah, penyempitan, oklusi dan abnormalitas struktur (aneurisma), pergeseran pembuluh (tumor dan edema) dan perubahan aliran darah (malformasi AV).

Ruang subarakhnoid spinal diperiksa terhadap obstruksi total atau sebagian yang berhubungan dengan perubahan letak tulang, kompresi medula spinalis atau herniasi cakram intervertebrata.

Membantu mendeteksi dan menemukan tempat aktivitas listrik abnormal dalam korteks serebri.

Pemeriksaan CSS terhadap adanya darah, perubahan karater, jumlah sel, protein, dan glukosa dan memperkirakan TIK.












BAB 2
PERFUSI JARINGAN SEREBRAL BERHUBUNGSN DENGAN PERFUSI JARINGAN ALIRAN DARAH ARTERI PENEKANAN INTRAKRANIK

A.    DEFINISI
Peningkatan tekanan intracranial atau TIK (intracranial pressure, ICP)
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan dalam rongga kranialis
B.     FAKTOR PENYEBAB
Ruang intracranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intracranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH2O atau 4 sampai 15 mmHg. Dalam keadaan normal, tekanan intracranial dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari pada normal. Beberapa aktivitas tersebut adalah pernapasan abdominal dalam, batuk, dan mengedan atau valsalva maneuver. Kenaikan sementara TIK tidak menimbulkan kesukaran, tetapi kenaikan tekanan yang menetap mengakibatkan rusaknya kehidupan jaringan otak.
Ruang intracranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai kapasitasnya dengan unsure yang tidak dapat ditekan: otak (1400 g), cairan
serebrospinal (sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah satu dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh unsure lainnya dan menaikan tekanan intracranial. Hipotesis Monro-Kellie memberikan suatu contoh konsep pemahaman peningkatan TIK.Teori ini menyatakan bahwa tulang tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah satu dari ketiga ruangannya meluas, dua ruang lainnya harus mengkompensasi dengan mengurangi volumenya (apabila TIK masih konstan).
Mekanisme kompensasi intracranial ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural ini dapat menjadi parah bila mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran CSF ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK. Mekanisme kompensasi yang berpotensi mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke otak dan pergeseran otak kearah bawah atau horizontal (herniasi) bila TIK makin meningkat. Dua mekanisme terakhir dapat berakibat langsung pada fungsi syaraf. Apabila peningkatan TIK berat dan menetap, mekanisme kompensasi tidak efektif dan peningkatan tekanan dapat menyebabkan kematian neuronal.
Tumor otak, cedera otak, edema otak, dan obstruksi aliran darah CSF berperan dalam peningkatan TIK. Edema otak (mungkin penyebab tersering peningkatan TIK) disebabkan oleh banyak hal (termasuk peningkatan cairan intrasel, hipoksia,iskemia otak, meningitis, dan cedera). Pada dasarnya efeknya sama tanpa melihat factor penyebabnya.TIK pada umumnya meningkat secara bertahap. Setelah cedera kepala, edema terjadi dalam 36 hingga 48 jam hingga mencapai maksimum. Peningkatan TIK hingga 33 mmHg (450 mmH2O) menurunkan secara bermakna aliran darah ke otak (cerebral blood flow, CBF). Iskemia yang terjadi merangsang pusat vasomotor, dan tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung mengakibatkan bradikardia dan pernapasan menjadi lebih lambat.Mekanisme kompensasi ini dikenal sebagai reflek cushing, membantu mempertahankan aliran darah otak. (akan tetapi, menurunnya pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan mengakibatkan vasodilatasi otak yang membantu menaikan tekanan intracranial). Tekanan darah sistemik akan terus meningkat sebanding dengan peningkatan TIK, walaupun akhirnya dicapai suatu titik ketika TIK melebihi tekanan arteria dan sirkulasi otak berhenti yang mengakibatkan kematian otak. Pada umumnya, kejadian ini didahului oleh tekanan darah arteria yang cepat menurun.

C.     TANDA DAN GEJALA
D.    KARAKTERISTIK
E.     INTERVENSI
FAKTOR
FISIOLOGI
INTERVENSI
RASIONAL
Edema serebral
Dapat disebabkan oleh kontosio,
tumor atau abses; intoksikasi air
(hipoosmolalitas); perubahan
barier otak darah (kebocoran
protein ke dalam jaringan
menyebabkan air mengalir)
  • Pemberian diuretic osmotic
  • sesuai ketentuan (pantau
  • osmolalitas serum)
  • Mempertahankan kepala
  • tempat tidur setinggi 30°
  • Mempertahankan kesejajaran
·         Kepala
  • Meningkatkan aliran balik vena
  • Mencegah kerusakan aliran vena melalui vena jugularis
HIPOKSIA
Penurunan PaO2 menyebabkan
vasodilatasi serebral kurang dari
60 mmHg
  • Mempertahankan PaCo2 lebih
  • dari 60 mmHg
  • Mempertahankan terapi O2
  • Memantau analisis gas darah
  • Penghisapan bila diperlukan
  • Mempertahankan jalan napas
·         Pasien
Mencegah hipoksia dan
vasodilatasi
Hiperkapnia (peningkatan CO2)
Menyebabkan vasodilatasi
Pertahankan PaCO2 (normalnya
25-30 mmHg) dengan
Hiperventilasi
Menurunkan PaCO2 mencegah
vasodilatasi dan karenanya
menurunkan volume darah
serebral







DAFTAR PUSTAKA

Pahria, Tuti dkk,1996, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System Persyarafan, Jakarta: EGC
                            1995, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departenen Kesehatan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar