BAB 1
PENGKAJIAN SISTEM PERSARAFAN
- ANFIS SISTEM PERSYARAFAN
Secara garis besar system syaraf mempunyai 4 fungsi:
- menerima informasi ( rangsangan) dari dakam maupun dari luar tubuh meliputi syaraf sensori ( Afferent sensori pathway)
- Mengkomunikasikan informasi antara system saraf perifer dan system saraf pusat.
- Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medulla spinalis maupan ditolak untuk selanjutnya menentukana jawaban ( respon)
- Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Afferent motorik pathway) ke organ-organ tubuh sebagai control atau modifikasi dari tindakan.
- Sel Syaraf ( Neuron )
Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan
menghantarkan implus listrik mempunyai sifat exitability,Artinya siap memberi
respon apabila terstimulasi. Satu sel syaraf mempunyai badan sel (
dendrite).Satu atau dua ekspansi yang sngat panjang disebut akson. Serat saraf
adalah akson dari satu neuron.
Dendrit dan badan sel berfungsi sebagai pencetus
inplus,sedangkan akson berfungsi sebagai pambawa impuls. Tenpat dimana terjadi
kontak antara satu neuron lainnya disebut sinaps,berlangsung dengan perantara
zat kimia.
- Sistim Saraf Pusat ( Central Nervus System )
Terdiri atas otak dan medulla spinalis,dibungkus oleh
selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi CNS. Meningen terdiri atas 3
lapisan yaitu Duramenter, arachnoid dan piameter. Diantara lapisan-lapisan ini
terdapat rongga-rongga,yaitu:
1. Rongga Epidural ( Epidural Space)
Berada diantara tulang tengkorak dan
durameter berisi pembuluh darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan.
2.Rongga Subdural ( Subdural Space)
Berada diantara durameter dan
arachnoid yang berisi cairan serosa.
3.Rongga sub aracnoid ( Sub aracnoid space)
Terdapat diantara aracnoid dan
piameter,berisi cairan cerebro spinalis.
Secara fisiologis SSP berfungsi untuk interpretasi, Integrasi,
koordinasi dan sensasi berbagai implus syaraf.
OTAK
Otak terdiri dari :
A. Serebrum ( Otak besar)
Terdiri dari dua belahan yang disebut Hemispherium
serebri dan keduanya dipisahkan oleh fisural longitudinalis serebri menjadi
hemisper kanan dan kiri, hemisper kanan dan kiri di hubungkan oleh bangunan
yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-lobus
yaitu:
1.
Lobus prontalis : Menterjemahkan implus sensoris, sensasi
yang diterima adalah nyeri, temperature.
2.
Lobus parientalis : Merasakan dan mengartikan obyek yang
menghubungkan sensasi dengan pengalaman dan pengetahuan.
3.
Lobus Temporal : Menerima input dari tiga indra perasa
yaitu pendengaran, pengecap dan penciuman dan mempunyai peran dlam proses
memori.
4.
Lobus Oksipital : Mengandung daerah visceral primer dan
daerah gabungan visual. Daerah viseral primer menerime informasi dan
menafsirkan warna.Daerah gabungan visual memberi input visusl ysng berperan
dalam reflek visual untuk menentukan mata pada sebuah objek diam dan bergerak.
Secara garis besar struktur serebrum terbagi menjadi
Kortek Cerebri dan struktur subkortikal, Struktur subkortekal terdiri dari :
- Basal Ganglia
Melaksanakan fungsi motorik dengan
merinci dan mengkoordinir gerakan dasar,gerakan halus atau tranpil dan sikap
tubuh.
- Talamus
Bagian dasar yang terlibat dalam respon
emosional,terjemahan sensasi-sensasi yang menyenangakan dan tidak menyenangkan.
- Hipotalamus
Pusat tertinggi integrasi dan
koordinasi system saraf otonom dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting (
makanan,minuman,seks,dan motifasi)
- Hipofise
Bersama dengan
hipotalamus mengatur kegiatan sebagian basar kelenjar endokrin dalam sintesa
dan pelepasan hormon.
B. Batang Otak ( Brainstem)
Dari batang otak keluar 12 pasang
saraf cranial yaitu:
- N.Olfaktorius : Sebagai saraf sensasi penghidup
2.
N.Oktikus : Saraf ini penting untuk fungsi
penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori khusus.
3.
N.Oculomotorius : Sebagai saraf mengangkat bola mata (
sebagai pembuka kelopak mata)
- N.Troklear : Bertanggung jawab umtuk gerakan sadar bola mata.
- N.Trigeminus : Bertanggung jawab untuk mengunyah
- N.Abdusen : Untuk memutar mata ke arah luar.
7.
N.Fasial : Berperan dalam kelenjar lakrimalis,Submandibularis dan
juga memberi informasi untuk rasa manis,asam dan asin 2/3 lidah bagian
anterior.
8.
N.Festibulkokhlearis : Saraf cranial ini mempunyai 2 bagian sensoris yaitu auditiori dan
festibular yang berperan dalam penterjemah an suara.
9.
N.Glossopharyngeus : Berperan dalam menelan dan respon sensoris
terhadap rasa pahit pada 1/3 lidah bagian posterior.
10.
N.Vagus : - Komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharyng
dan otot - otot ynag menggerakan pita suara.
- Komponen sensori yang mengurus
perasaan di bawah pharyng.
- Komponen saraf parasinpatis yang
mempersarafi sebagian alat-alat dalam
tubuh.
11.
N.Accesories : Bekerjasama dengan syaraf vagus untuk
memberi informasi kepada otot laring dan pharyng.
- N.Hipoglosal : Bertanggung jawab untuk pergerakan lidah.
- Pembuluh Darah Otak
Jaringan otak mendapat suplay darah
dari dua arteri besar yaitu:
1. Arteri Carotis Interna Kanan dan Kiri
Arteri carotis interna merupakan cabang arteri carotis
comunis. A.carotis comunis kiri berasal dari arteri arkus aorta, sedangkan
arteri carotis comunis kanan berasal dri arteri innoninata. Arteri carotis
interna setelah masuk kedalam rongga tengkorak akan masuk sinus cavernosus
untuk kemudian terus menembus durameter. Di sebelah lateral chiasma optikum, arteri
ini akan bercabang menjadi :
a. A. Comunican Posterior
arteri ini menghubungkan arteri
carotis interna dengan arteri cerebri posterior.
b. A.Choroda Anterior.
c. A.Cerebri Anterior.
Daerah yang diperdarahi arteri ini
adalah:
v Facies medialis lobus frontalis cortek cerebri
v Facies nedialis lobus parientalis
v Facies convexa lobus frontalis cortek cerebri
v Facies convexa lobus
parientalis cortek cerebri
d. A.Cerebri Media
Berjalan ke lateral melalui
fassaylfii dan kemudian bercabang-cabang untuk selanjutnya menuju daerah inslli
reili. Daerah ynag diberikan suplai darah arteri ini adakah facien convexa
lobus frontalis cortex cerebri mulai dari fisura lateralis sanpai setinggi
kira-kira sulkus frontalis superior.
2. Arteri Vertebralis Kanan dan Kiri
Arteri vertebralis di percabangkan oleh A.subclavia.
Arteri ini berjalan ke cranial melalui foramen tranfersal vetebra serfikalis
ke-6 sampai pertama kemudian membelok ke lateral masuk kedalam foramen
tranvesus magnum menuju cavum cranili, arteri ini kemudian berjalan fentral
dari medulla oblongata dorsal dari olivus caudal dari caudal pons varoli
A.Vertebralis kanan dam kiri akan bersatu menjadi arteri barsiralis yang
kemudian berjalan ke frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu Arteri Cerebri
posterior kanan dan kiri.
Medula spinalis mendapat suplai darah
dari :
- A.Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri fertebralis
- A.Spinalis posterior juga merupakan percabangan A.Vertebralis.
Vena di dalam otak tidak berjalan bersama arteri, vena
jaringan otak bermuara dijalan vena yang ter dapat pada permukaan otak dan
dasar otak. Dari anyaman pleksus verosus yang terdapat didalam spatum
suharachnoid. Darah vena di alirkan ke dalam system. sinus venosua yang
terdapat didalam durameter diantara lapisan periostem dan selaput otak.
Medula Spinalis
Medula spinalis mempunyai fungsi sebagai berikut :
- Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu di kornu motorik atau di kornu fentralis.
- Mengurus kegiatan reflek spinalis dan reflek lutut.
- Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju serebellum.
- Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
D. Cairan Otak ( Cerebro Spinalis Fluid )
Di dalam jaringan
otak terdapat 4 buah rongga yang saling berhubungan yang disebut ventrikukus
yang berisi cairan otak.
- Ventrikulus lateralis I,mengikuti hemisfer cerebri
- Ventrikulus lateralis II
- Ventrikulus tertius III ditengah-tengah otak.
- Ventrikulus quadratus IV,antara pons varelli dan medulla oblongata.
Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen
aquaductus sylvii yang terdapat didalam mensosepalon. Pada atap ventrikulus quadratus bagian tengah kanan dan kini terdapat lobang yang
di sebut foramen luscka dan bagian
tengah terdapat lubang yang di sebut foramen megendle.
- TRAUMA KEPALA
A. TRAUMA KEPALA
Tengkorak sebagai
pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila
dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun dalam tempat benturan beberapa mili
detik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti asilasi. Trauma pada kepala
dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak/kulit
seperti kontusio/memar otak,edema otak,perdrahan /laserasi,dengan derajat yang
berfariasi tergantung pada luas daerah trauma.
Tipe Trauma Kepala :
1. Trauma Kepala Terbuka
Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak
dan laserasi durameter. Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak
menusuk otak, misalnya akibat benda tajam atau tembakan.
Fraktur linear didaerah temporal, dimana arteri
meningeal media berada dalam jalur tulang temporal, sering menyebabkan
perdarahan epidural. Fraktur linear yang melintang garis tengahsering
menyebabkan perdarahan sinus dan robeknya sinus sagitalis superior.
Fraktur didaerah basis disebabkan karena trauma dari
atas kepala bagian atas yang membentuk jalan atau benda diam, fraktur difosa
arterior, sering terjadi keluarnya likuor melalui hidung (rhinorhoe) dan adanya
brill hematoma (raccon eye)
Fraktur pada Os petrosus berbentuk longitudinal dan
transversal atau lebih panjang. Fraktur longitudinal dibagi menjadi anterior
dan posterior. Fraktur anterior biasanya karena trauma didaerah temporal sedang
posterior disebabkan trauma didaerah oksipital.
Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada
meatus akustikus interna, foramen jugularis dan tuba eustachius. Setelah 2 – 3
hari akan nampak battle sign (warna biru dibelakng telinga diatas os mastoid)
dan otorrhoe (likuor keluar dari telinga) perdarahan dari telinga dengan trauma
kepala hamper selalu disebabkan oleh retak dasar tulang dasar tengkorak. Pada
dasarnya fraktur tulang tengkorak itu sendiri tidaklah menimbulkan hal yang
emergenci, namun yang serin g menimbulkan masalah adalah fragmen tulang itu
menyebabkan robekan pada durameter, pembuluh darah atau jaringan otak. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pusat vital, saraf cranial dan saluran saraf (nerve
pathway)
Fraktur basis tengkorak tidak selalu dapat dideteksi
oleh foto roentgen, karena terjadi samgat dasar. Tanda-tanda klinik yan g dapat
membantu mendiagnosa adalah:
v Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os
mastoid)
v Hemotimpanum ()perdarahan didaerah gendang telinga)
v Periorbital ecchymosis (mata berwana hitam tanpa trauma langsung)
v Rhinorrhoe (liquor keluar dari hidung)
v Otorrhoe (liquor keluar dari telinga)
Komplikasi pada trauma kepala terbuka adalah infeksi,
meningitis dan perdarahan atau serosanguinis.
2. Trauma Kepala Tertutup
a. Komusio Serebri atau Geger Otak
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi
pingsan (kuramg dari 10 menit). Gejala-gejala lain mungkin termasuk pusing,
noda-noda dimata linglung. Komusio serebri tidak meninggalkan gejala sisa atau
tidak menyebabkan kerusakan struktur otak.
b. Kontusio serebri atau memar otak
Merupakan
perdarahan kecil atau ptechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah
kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang
menimbulkan edema jaringan otak didaerah sekitarnya. Bila daerah mengalami
edema cukup luas akan terjadi peningkatan TIK. Tekanan tinggi intrakranialdapat
menimbulkan herniasi serebri yang menyebabkan penekanan otak. Bila edema
mengemai batang otak akan menyebabkan fatal.
Berdasarkan atas
lokasi benturan lesi dibedakan atas koup kontusio dimana lesi terjadiu pada
sisi benturan dan tempat benturan. Pada kepala yang relatif diam biasanya
terjadi lesi koup,sedangkan bila kepala dalam keadaan bebas bergerak akan
terjadi kontra koup.
B. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Perdarahan vaskuler yang utama dari trauma meliputi
perdarahan epidural, subdural dan intraserebral.
Perdarahan epidural adalah perdarahan yang terjadi
antaara tabula interna dan durameter,lokasi tersering didaerah
temporal,kemudian frontal.sumber perdarahan adalah pecahnya pembuluh darah
meningen dan sinus venosus akibat fraktur kranii, walaupun ini tidak mutlak
sebagai penyebab.
Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal
berupa kesadaran yang makin menurun,disertai oleh anisokoria pada mata kesisi
dan mungkin terjadi hemiparase kontralateral.sedangkan perdarahan epidural
didaerah frontal dan pariental atas tidak memberikan gejala khas selain
penurunan kesadaran ( biasanya somnolen) yang tidak membaik setelah beberapa
hari.
Baamyak perdarahan epidural terjadi karena proses desak
ruang akut. Bila cukup besar akan menimbulkan herniasi, misalnya pada
perdarahan epidural,temporal,yanga dapat menyebabkan herniasi unkus.
Perdarahan Subdural
Merupakan perdahan antara durameter dan araknoid,yang
biasanya meliputi perdarahan vena. Perdarahan subdural dibedakan atas akut,sub
akut, kronis.
Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cidera otak besar
dan cidera batang otak. Tanda-tanda dan gejala klinis : Sakit kepala,perasaan
kantuk dan kebingungan,respon yang lambat,dan gelisah. Keadaan kritis terlihat
dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.
Perdarahan subdural sub akut,biasanya berkembang 7-10
hari,setelah cidera dan dihubungkan dengan contusion cerebri yang agak berat.
Tekanan cerebral yang terus menerus menyebabkan tingkat kesadaran yang dalam.
Perdarahan subdural kronik,terjadi karena luka ringan.
Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian
menumpuk disekitar membrane faskuler dan pelan-pelan meluas. Gejala mungkin
tidak terjadi dalam beberapa minggu/bulan.Keadaan ini pada proses ynag lama
akan terjadi penuruna reaksi pupil dan motorik.
Perdarahan Intra Cerebral
Merupakan penumpukan darah pada jaringan otak.
Perdarahan mungkin menyertai contra coup phenomenon. Kebanyakan dihubungkan
dengan contusion dan terjadi dalam area frontal dan temporal. Akibat adanya
substansi darah dalam jaringan otak akan menimbulkan edema otak. Gejala
neurologik tergantung dari ukuran dan lokasi perdarahan.
1.
FOKUS
PENGKAJIAN
1.
Riwayat
Keperawatan
Hal-hal yang
perlu ditanyakan pada anamnesis riwayat neurologis:
1.
Trauma
yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi sistem saraf (jatuh, kecelakaan
lalulintas)
2.
Infeksi
yang baru terjadi termasuk sinusitis, infeksi telinga dan sakit gigi.
3.
Sakit
kepala dan masalah-masalah gangguan daya konsentrasi dan ingatan yang baru
terjadi.
4.
Perasaan
pusing, kehilangan keseimbangan, melayang, melamun, tinitus dan masalah
pendengaran.
5.
Kecanggungan
atau kelemahan ekstremitas, kesulitan berjalan.
6.
Penyimpangan
sensoris (kesemutan, baal, hipersensitivitas, nyeri) atau kehilangan sensori
pada wajah, badan dan ekstremitas.
7.
Impotensi
dan kesulitan berkemih.
8.
Kesulitan
dalam kegiatan sehari-hari.
9.
Efek
masalah pada pola hidup, kinerja pekerjaan dan interaksi sosial.
10. Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obat
tertentu.
2.
Pengkajian
Fisik
Hal-hal yang
perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik neurologis adalah:
1.
Pemeriksaan
tingkat kesadaran (GCS)
Tingkat kesadaran dapat
digambarkan secara kualitatif seperti sadar, letargi, stupor, semikoma dan koma
atau secara kuatitatif dengan menggunakan Glasgow Coma Scale.
2.
Gerakan,
kekuatan dan koordinasi otot ekstremitas.
Kelemahan otot merupakan tanda
penting pada beberapa gangguan neurologis. Beberapa tes khusus digunakan untuk
mendeteksi kelainan yang lebih spesifik seperti tes Romberg untuk memeriksa
koordinasi keseimbangan tubuh tes koordinasi jari hidung untuk memeriksa
kemampuan koordinasi ekstremitas atas.
3.
Status
mental
Pemeriksaan status mental
meliputi perhatian, daya ingat, afek, bahasa, pikiran dan persepsi (person,
time and space)..
4.
Refleks
Refleks terjadi jika stimulasi
sensori menimbulkan respon motorik. Refleks yang diperiksa meliputi refleks
regangan otot (refleks tendon), refleks kutaneus (superfisial) dan adanya
refleks abnormal seperti refleks Babinski.
5.
Gerakan
involunter
Gerakan involunter adalah
gerakan bagian tubuh yang tidak dapat dikendalikan seperti tremor, fasikulasi,
klonus, mioklonus, hemibalismus, chorea dan atetosis.
6.
Perubahan
pupil
Pupil dapat dinilai ukuran dan
bentuknya serta respon terhadap cahaya.
7.
Tanda
vital
Tanda klasik peningkatan TIK
meliputi kenaikan tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang
membesar, nadi lemah atau lambat dan pernapasan tidak teratur.
8.
Saraf
kranial
Tes fungsi saraf kranial
diperiksa satu persatu untuk melihat adanya kelainan yang spesifik.
3.
Test
Diagnostik
Tes
diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
|
Tujuan
|
- CT Scan
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
- PET (Positron Emission Tomografi)
- Angiografi Serebral
-Mielografi
- EEG (Elektroensefalografi)
- Pungsi Lumbal
|
CT Scan memberikan gambaran rinci dari struktur tulang,
jaringan dan cairan tubuh. Dapat menunjukkan perubahan struktur karena tumor,
hematom atau hidrosefalus.
Sacn dengan MRI membuat gambaran grafis dari struktur
tulang, cairan dan jaringan lunak. Dapat memberikan hasil yang lebih jelas
tentang detail anatomi dan dapat membantu diagnosis tumor yang kecil atau
sindrom infark dini.
Test dignostik untuk mengukur proses fisiologis dan
biokimia dalam sistem saraf. Daerah tertentu dapat teridentifikasi sebagai
berfungsi atau tidak.
Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan
kontras berupa zat warna radio-opak yang disuntikkan dengan kateter ke dalam
sirkulasi arteri serebral. Hasilnya memperlihatkan patensi pembuluh darah,
penyempitan, oklusi dan abnormalitas struktur (aneurisma), pergeseran
pembuluh (tumor dan edema) dan perubahan aliran darah (malformasi AV).
Ruang subarakhnoid spinal diperiksa terhadap obstruksi
total atau sebagian yang berhubungan dengan perubahan letak tulang, kompresi
medula spinalis atau herniasi cakram intervertebrata.
Membantu mendeteksi dan menemukan tempat aktivitas
listrik abnormal dalam korteks serebri.
Pemeriksaan CSS terhadap adanya darah, perubahan
karater, jumlah sel, protein, dan glukosa dan memperkirakan TIK.
|
BAB 2
PERFUSI JARINGAN SEREBRAL
BERHUBUNGSN DENGAN PERFUSI JARINGAN ALIRAN DARAH ARTERI PENEKANAN INTRAKRANIK
A.
DEFINISI
Peningkatan
tekanan intracranial atau TIK (intracranial pressure, ICP)
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan dalam
rongga kranialis
B.
FAKTOR PENYEBAB
Ruang intracranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal.
Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan
intracranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH2O atau 4 sampai 15 mmHg. Dalam
keadaan normal, tekanan intracranial dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan
dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari pada
normal. Beberapa aktivitas tersebut adalah pernapasan abdominal dalam, batuk,
dan mengedan atau valsalva maneuver. Kenaikan sementara TIK tidak menimbulkan
kesukaran, tetapi kenaikan tekanan yang menetap mengakibatkan rusaknya
kehidupan jaringan otak.
Ruang intracranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh
sesuai kapasitasnya dengan unsure yang tidak dapat ditekan: otak (1400 g),
cairan
serebrospinal
(sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah satu
dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh
unsure lainnya dan menaikan tekanan intracranial. Hipotesis Monro-Kellie memberikan
suatu contoh konsep pemahaman peningkatan TIK.Teori ini menyatakan bahwa tulang
tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah satu dari ketiga ruangannya
meluas, dua ruang lainnya harus mengkompensasi dengan mengurangi volumenya
(apabila TIK masih konstan).
Mekanisme kompensasi intracranial ini terbatas, tetapi terhentinya
fungsi neural ini dapat menjadi parah bila mekanisme ini gagal. Kompensasi
terdiri dari meningkatnya aliran CSF ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi
otak terhadap peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK. Mekanisme kompensasi
yang berpotensi mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke otak
dan pergeseran otak kearah bawah atau horizontal (herniasi) bila TIK makin
meningkat. Dua mekanisme terakhir dapat berakibat langsung pada fungsi syaraf.
Apabila peningkatan TIK berat dan menetap, mekanisme kompensasi tidak efektif
dan peningkatan tekanan dapat menyebabkan kematian neuronal.
Tumor otak, cedera otak, edema otak, dan obstruksi aliran darah CSF
berperan dalam peningkatan TIK. Edema otak (mungkin penyebab tersering
peningkatan TIK) disebabkan oleh banyak hal (termasuk peningkatan cairan
intrasel, hipoksia,iskemia otak, meningitis, dan cedera). Pada dasarnya efeknya
sama tanpa melihat factor penyebabnya.TIK pada umumnya meningkat secara
bertahap. Setelah cedera kepala, edema terjadi dalam 36 hingga 48 jam hingga
mencapai maksimum. Peningkatan TIK hingga 33 mmHg (450 mmH2O) menurunkan secara
bermakna aliran darah ke otak (cerebral blood flow, CBF). Iskemia yang
terjadi merangsang pusat vasomotor, dan tekanan darah sistemik meningkat.
Rangsangan pada pusat inhibisi jantung mengakibatkan bradikardia dan pernapasan
menjadi lebih lambat.Mekanisme kompensasi ini dikenal sebagai reflek cushing, membantu
mempertahankan aliran darah otak. (akan tetapi, menurunnya pernapasan
mengakibatkan retensi CO2 dan mengakibatkan vasodilatasi otak yang membantu
menaikan tekanan intracranial). Tekanan darah sistemik akan terus meningkat
sebanding dengan peningkatan TIK, walaupun akhirnya dicapai suatu titik ketika
TIK melebihi tekanan arteria dan sirkulasi otak berhenti yang mengakibatkan
kematian otak. Pada umumnya, kejadian ini didahului oleh tekanan darah arteria
yang cepat menurun.
C.
TANDA DAN GEJALA
D.
KARAKTERISTIK
E.
INTERVENSI
FAKTOR
|
FISIOLOGI
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Edema
serebral
|
Dapat disebabkan oleh kontosio,
tumor atau abses; intoksikasi air
(hipoosmolalitas); perubahan
barier otak darah (kebocoran
protein ke dalam jaringan
menyebabkan
air mengalir)
|
·
Kepala
|
|
HIPOKSIA
|
Penurunan PaO2 menyebabkan
vasodilatasi serebral kurang dari
60
mmHg
|
·
Pasien
|
Mencegah hipoksia dan
vasodilatasi
|
Hiperkapnia
(peningkatan CO2)
|
Menyebabkan
vasodilatasi
|
Pertahankan PaCO2 (normalnya
25-30 mmHg) dengan
Hiperventilasi
|
Menurunkan PaCO2 mencegah
vasodilatasi dan karenanya
menurunkan volume darah
serebral
|
DAFTAR PUSTAKA
Pahria, Tuti dkk,1996, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan System Persyarafan, Jakarta: EGC
1995, Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Departenen Kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar